TERBITSULTRA.ID _ KONAWE – Pemerintah pusat telah menetapkan stuting sebagai isu prioritas nasional, komitmen ini terwujud masuknya stunting ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.
Kepala Dinas (Kadis) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), Tam Sati Sam mengungkapkan, stuting dapat menjadi prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap produktipitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Maka dari itu pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting hari ini sebagai langkah awal untuk menghindari dampak besar bagi bangsa ini.
Katanya, permasalahan stunting hari ini tidak bisa hanya di selesaikan melalui program gizi saja, namun harus terintegrasi dengan program lainya.
“Kompleksnya masahlah stunting dan banyaknya stekholder yang terkait dalam intervensi gisi spesifik dan sensitip memerlukan pelaksanaan yang di lakukan secara terkordinir dan terpadu kepada sasaran prioritas,” ungkapnya.
Untuk itu team terpadu pencegahan stunting Kab.Konawe, hari ini yang melibatkan beberpa dinas terkait harus melakukan penyelenggaran intervensi gizi secara spesifik secara konvergen di lakukan dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan pencegahan stunting.
“Upaya konvergensi pencegahan stunting di lakukan mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan hingga pemantauan evaluasi,” ungkap mantan Camat Amonggedo.
Ditempat yang sama Kabid Ketahanan Keluarga Sejahtera BKKBN Konawe, Ismail mengungkapkan, arah pencegahan stunting hari ini menjadi tugas bersama semua lintas sektor, untuk BKKBN itu sendiri lebih condong ke intervensi sensitip.
“Pencegahan stunting yang di lakukan petugas BKKBN di 28 kecamatan di Kab.Konawe, fokusnya melakukan penyuluhan terhadap keluarga dalam upaya pencegahan stunting dalam hal ini perubahan perilaku kehidupan sehari-hari, dengan sasaran kami calon pengantin, para ibu hamil, dan balita.
Lanjut Ismail, BKKBN dalam melakukan surveilance keluarga beresiko stunting di lapangan, telah menurunkan team pendamping keluarga sebanyak 1059 orang yang di sebar di 28 kecamatan, setiap desa ada 3 orang team pemdamping keluarga yang di turunkan untuk mendampingi calon pengantin beresiko stunting, ibu hamil yang beresiko dan ibu pasca persalinan beresiko.
Team pendamping keluarga di lapangan terdiri dari bidan desa, ibu PKK dan ibu desa, dari hasil survei mereka di laporkan dalam sistem aplikasi secara online karena semua satu data, di setiap perkembangan perubahan pencegahan stunting di lapangan.
“Dari awal tahun 2022 ini BKKBN Konawe telah melakukan beberapa aksi yang menjadi skala prioritas, melakukan identifikasi sebaran stunting, menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi, menyelenggarakan rembuk stunting tingkat Kab.Konawe dan meningkatkan sistem pengolahan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kabupaten.
Laporan : Rido